Aubrey menaruh ponsel nya, sudah ia dapatkan satu stel outfit pilihan sahabat satu-satunya, Nadira. Ia sudah mempersiapkan segala perlengkapan nya dengan antusias untuk menonton band kesayangannya yang karyanya sudah Ia nikmati sejak masih duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah atas.
Merasa semua nya siap, Ia menghubungi Zidane, orang yang baru Ia kenal beberapa bulan lalu untuk membeli tiket LANY. Ia mengabarkan bahwa Ia akan segera menuju ke tempat konser itu berlangsung.
Entah Aubrey sedang sial atau bagaimana, seharusnya Ia hanya butuh waktu kurang lebih 1 jam untuk sampai di ICE BSD, namun kini Ia membutuhkan waktu 3 jam untuk sampai disana. Mungkin orang-orang Depok pada mau nonton konser LANY juga kali ya, pikirnya.
Ini pertama kalinya Ia menginjakkan kaki di tempat seluas ini, maklum hidupnya tak jauh jauh dari Margonda City, dan Ciplaz Depok.
Aubrey sempat kebingungan untuk mencari Zidane, yang katanya sudah berada di parkiran. Akhirnya Ia mencoba menghubungi lelaki itu untuk mengetahui dimana lokasi tepat ia berada.
Setelah mencari-cari, Aubrey akhirnya menemukan sosok Zidane. Baru disadarinya bahwa orang yang akan menemaninya menonton konser adalah sosok yang dikirim Nadira tempo hari. Pria itu tampil menawan dengan kaos putih dan jeans coklat, menciptakan momen yang tidak terduga bagi Aubrey.
“Hai, Zidane ya? Maaf ya lama, tadi di jalan macet banget soalnya” sapa Aubrey dengan senyum. Yang disapa pun menoleh, menciptakan suasana yang sangat amat mendebarkan hati—bagi Aubrey. Rahangnya yang tegas dan matanya yang sipit dapat membuat siapa pun yang melihatnya jatuh hati. Aubrey benar benar jatuh hati pada pandangan pertama.
“Hey, Iya gapapa. Aubrey kan?” Aubrey hanya mengangguk sambil tersenyum menatap Zidane. Mengingat mereka masih mempunyai waktu kurang lebih setengah jam untuk memulai konsernya. Diputuskan untuk berkeliling di food hall terlebih dahulu.
Aubrey tertarik pada suatu stan dengan wangi menggiurkan, “Gue beli ini dulu yaa Zidane” Aubrey berhenti pada stan Taiyaki, salah satu kue tradisional Jepang yang berbentuk ikan. Zidane hanya mengangguk mengiyakan Aubrey. Mengekor di belakang Aubrey yang turut mengantri untuk mendapatkan 2 porsi Taiyaki.
Aubrey membeli 2 Taiyaki, satu nya Ia berikan untuk Zidane. Hitung-hitung untuk membalas budi karena sudah mau menunggu nya. Sungguh, Ia tak menyangka bahwa rasa Taiyaki yang berisi kacang ini terasa jauh lebih lezat dari biasanya. Entah karena orang yang menemani atau suasana yang mendukungnya. Entahlah.
“Lo masih mau keliling lagi atau udah?” tanya Zidane pada wanita yang lebih pendek darinya. Dengan sedikit tertunduk Zidane mendapat gelengan dari perempuan itu.
“Udah deh, kayaknya. Makanannya berat berat banget, gue kenyang” Zidane hanya mengangguk cepat sambil mengajak Aubrey untuk keluar dari food hall menuju ke arah pintu masuk konsernya.